cover
Contact Name
Lalan Ramlan
Contact Email
lalan_ramlan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Seni Makalangan
ISSN : 23555033     EISSN : 27148920     DOI : -
Core Subject : Art,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"" : 9 Documents clear
PELESTARIAN TENUN GADOD MELALUI TARI TENUN GADOD Djuniwarti Djuniwarti; Annisa Arum Mayang; Yupi Sundari
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2072

Abstract

ABSTRAK Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia adalah warisan wastra nusantara. Wastra sendiri diambil dari bahasa sanskerta yang berarti sehelai kain. Wastra dari tiap daerah memiliki keunikan yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Contoh dari wastra nusantara adalah kain tenun. Majalengka tepatnya Desa Nunuk Baru merupakan kawasan di Jawa Barat yang masih memiliki tradisi tenun. Tradisi tenun menenun di Desa Nunuk baru telah mengalami pasang surut akibat perubahan situasi dan kondisi masyarakatnya. Agar terhindar dari kepunahan dilakukan beberapa upaya pelestarian, dari melakukan regenerasi penenun, mengikuti pameran di berbagai ajang budaya hingga menciptakan sebuah tarian yang dinamai Tarian Tenun Gadod. Tarian ini merupakan kreasi yang terinspirasi dari tradisi menenun Tenun Gadod di Desa Nunuk Baru. Tarian ini menceritakan tentang kegembiraan dan ketekunan dalam proses menenun tenun Gadod. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi lapangan dan dokumentatif.Kata Kunci: Tradisi Menenun, Tenun Gadod, Tarian.  ABSTRACTPRESERVATION OF GADOD WEAVING THROUGH GADOD WEAVING DANCE, June 2022. One of Indonesia’s cultural treasures is Wastra Nusantara (traditional cloth from Indonesia). Wastra is taken from Sanskrit which means a piece of cloth. Wastra from each region has its own uniqueness that has been passed down from generation to generation. An example of wastra nusantara is woven cloth. Majalengka, precisely Nunuk Baru Village is an area in West Java that still has a weaving tradition. The weaving tradition in Nunuk Baru Village has experienced ups and downs due to changes in the situation and conditions of the people. In order to avoid extinction, several conservation efforts were carried out, from regenerating weavers, participating in exhibitions in various cultural events to creating a dance named the Gadod Weaving Dance (Tari Tenun Gadod). This dance is a creation that was inspired by the Gadod weaving tradition in Nunuk Baru Village. The dance tells about the joy and perseverance in the process of weaving the Gadod weave. This research is qualitative descriptive research with field study and documentary methods.Keywords: Weaving Tradition, Gadod Weaving, Dance.
BABALIAK KA NAGARI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA TARI “SENANDUNG IMPIAN” Oktavianus Oktavianus; Dwindy Putri Cufara; Rico Gusmanto
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2067

Abstract

ABSTRAKFenomena babaliak ka nagari yang terjadi di Minangkabau menjadi sumber inspirasi dari penciptaan karya seni tari yang berjudul “Senandung Impian”. Babaliak ka nagari merupakan proses pergantian sistem pemerintahan di Minangkabau yang bermula dari nagari ke pemerintahan desa dan kembali lagi menjadi nagari. Pergantian sistem pemerintahan ini menyebabkan hilangnya fungsi dan jati diri niniak mamak di Minangkabau. Karya tari ini diciptakan menggunakan tipe dramatik dengan menghadirkan berbagai konflik yang terjadi dalam fenomena babaliak ka nagari. “Senandung Impian” terbagi atas tiga bagian yang masing-masing berjudul (1) Perkampungan, (2) Gejolak Kaum, dan (3) Keikhlasan. Metode yang digunakan pada proses penciptaan karya ini meliputi eksplorasi, improvisasi, dan perwujudan.Kata Kunci: Babaliak Ka Nagari, Dramatik; Koreografi, Pemerintahan, Penciptaan Tari. ABSTRACTBABALIAK KA NAGARI AS A CREATING IDEA OF DANCE "SENANDUNG IMPIAN", June 2022. Babaliak ka nagari phenomenon that occurred in Minangkabau became a source of inspiration for the creation of "Senandung Impian" dance. Babaliak ka nagari is the process of changing the government system in Minangkabau which starts from the nagari to the village government and back again to the nagari. This change in government system caused the loss of function and identity of niniak mamak in Minangkabau. This dance is created using dramatic type by presenting various conflicts that occur of the babaliak ka nagari. “Senandung Impian” is consist of three parts, each titled is (1) Perkampungan, (2) Gejolak Kaum, and (3) Keikhlasan. The methods used in the process of creating this dance is exploration, improvisation, and embodiment.Keywords: Babaliak Ka Nagari, Dramatic, Choreography, Government, Dance Creation.
TARI SYUKUR CREATION Ignasius Herry Subiantoro
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2073

Abstract

ABSTRAK Tari Syukur merupakan representasi simbolik gagasan dramatik konflik antara keinginan dan kekawatiran dalam diri manusia, yang seringkali meninggalkan hati nurani. Tarian ini bertujuan memberikan pe-mahaman tentang interpretasi bahwa bersyukur adalah cerminan cinta kasih dan penyerahan diri kepada kehendak Tuhan, memiliki nilai kebaikan, kebenaran, dan keindahan. Teori Estetika Teologi Han Urs Von Balthasar adalah teori estetika keindahan. Baltasar seorang Teolog Kristiani, yang mengambil “Salib Yesus Kristus” sebagai dasar kajian tentang drama kehidupan Yesus, adanya pengorbanan cinta diartikan sebagai keindahan karena adanya kebaikan dan kebenaran. Ia membangun satu filsafat theolog mulai dari analogi bukan dari makhluk abstrak, tetapi menjadi seperti yang ditemui secara konkret dalam atributnya (tidak kategoris, tetapi transendental). Sebagai transendentalia ia berjalan melalui semua yang ada (being), apa yang benar-benar sesuatu yang baik dan indah. Metoda perpaduan tahapan proses Eksplorasi, Improvisasi dan Komposisi oleh Alma Hawkins (2003) dan Jaquline Smith (1985) adalah metoda alam kontruksi gagasan awal menuju penentuan tipe tari dan cara penyajiannya. Dengan teori dan metoda yang digunakan Tari Syukur adalah representasional simbolis penyadaran diri, bahwa yang indah itu baik dan benar. Ketiganya merupakan Atribut Allah, mengada (eksis) dalam sebuah fenomena kehidupan, dan manusia sering terlambat menyadarinya bahwa bersyukur memberikan cahaya kebahagiaan/kedamaian.Kata Kunci: Pertunjukan Tari Virtual, Syukur Atas Penyadaran Diri, Theologi Cinta: Simbol Keindahan. ABSTRACTTHANKSGIVING DANCE CREATION, June 2022. Tari Syukur is a symbolic representation of the idea of a dramatic conflict between desires and worries in humans, which often leaves the conscience. This dance aims at providing an understanding of the interpretation that gratitude is a reflection of love and submission to God's will, which has the value of goodness, truth, and beauty. Han Urs Von Balthasar's Theological Aesthetic Theology is the aesthetic theory of beauty. Baltasar, a Christian theologian, who took the 'Cross of Jesus Christ' as the basis for his study of the drama of the life of Jesus. The sacrifice of love is defined as beauty because of goodness and truth. He builds a theological philosophy starting from the analogy, not of an abstract being, but of being as concretely encountered in its attributes (not categorical, but transcendental). As a transcendental, he walks through all that exists (being), what is something really good and beautiful. The method of combining the stages of the Exploration, Improvisation and Composition process by Alma Hawkins (2003) and Jaquline Smith (1985) is a natural method of constructing  initial  ideas towards determining the type of dance and how to present it. With the theory and method used, Tari Syukur is a symbolic representation of self-awareness, that what is beautiful is good and right. All three are God's Attributes, exist in a life phenomenon, and humans often realize too late that gratitude gives light of happiness/peace.Keywords; Virtual Dane Performance, Gratitude Self-Awareness, Love Theology, Symbol Of Beauty.
“BANUASMARA” KONSEP GARAP PENCIPTAAN TARI TRADISI INOVASI Reza Triameliani; Kawi Kawi
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2068

Abstract

ABSTRAKKarya penciptaan tari dengan judul “BANUASMARA” merupakan karya yang terinspirasi dari penggalan buku cerita pewayangan dengan judul Pawajangan Windu Krama Pedaran 8 Lakon Rarabi ke-1 bagian “Suyudana Krama” dan memfokuskan pada tokoh Dewi Banowati. Garapan ini menyampaikan konflik perang batin Dewi Banowati dalam memperjuangkan keteguhannya, ketulusan cintanya kepada Arjuna, dan ketegarannya dalam menjalani kehidupannya, karena Ayahnya yaitu Prabu Salya memaksa Dewi Banowati untuk menikah dengan Duryudana. Karya tari “BANUASMARA” diangkat melalui sebuah karya tradisi inovasi bertipe dramatik dengan bentuk garap tari kelompok dan disajikan dalam bentuk virtual. Sejalan dengan konsep garap tradisi inovatif bertipe dramatik tersebut, maka dalam mewujudkan karya tari ini, menggunakan metode kreativitas Alma M. Hawkins. Adapun hasil yang diperoleh, yaitu sebuah karya tari tradisi inovatif sebagai hasil dari tafsir penulis terhadap kisah Dewi Banowati.Kata Kunci: Tradisi Inovatif Bertipe Dramatik, Dewi Banowati, BANUASMARA, Suyudana Krama.  ABSTRACT“BANUASMARA” THE CONCEPT OF CREATING INNOVATION TRADITION DANCE, June 2022.The dance creation work with the title "BANUASMARA" is a work inspired by a fragment of a wayang story book entitled Pawajangan Windu Krama Pedaran 8 Rarabi play 1 part "Suyudana Krama" and focuses on the character of Dewi Banowati. This work conveys the conflict of Dewi Banowati's inner war in fighting for her determination, the sincerity of her love for Arjuna, and her stubbornness in living her life, because her father, Prabu Salya, forced Dewi Banowati to marry Duryudana. The dance work "BANUASMARA" is appointed through a traditional innovation work of dramatic type in the form of group dance work and presented in a virtual form. In line with the concept of working on an innovative tradition of dramatic type, in realizing this dance work, Alma M. Hawkins' creativity method is used. The results obtained are an innovative traditional dance work as a result of the author's interpretation of the story of Dewi Banowati.Keywords: Innovative Traditions Of Dramatic Type, Dewi Banowati, BANUASMARA, Suyudana Krama.
PERJUANGAN ENOCH ATMADIBRATA DAN MUCHAMAD TARYA DARI KORI MENJADI ASTI YOGYAKARTA JURUSAN SUNDA Icuh Komala
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2074

Abstract

ABSTRAKDalam perjalanannya pada tahun 1969, KORI mulai menghadapi berbagai masalah dan hambatan, seperti perginya para pemimpin yang kuliah di luar negeri (Enoch Atmadibrata ke Amerika dan Drs. Yus Rusyana kuliah di Belanda). Sejak saat itu, KORI tidak lagi mendapat bantuan dana dari Pemerintah kota Bandung, tidak mendapat ruang kuliah, dan diusir dari Gedung Merdeka melalui kekerasan angkatan bersenjata. Namun, komunikasi antara Enoch Atmadibrata dan Muchamad Tarya selalu intens untuk menyelesaikan masalah KORI. Tulisan ini mencoba menceritakan perjuangan Enoch dan Moch Tarya dalam menyelesaikan masalah KORI melalui komunikasi di antara mereka, meskipun mereka telah berpisah oleh jarak yang jauh, di mana Enoch berada di Amerika dan Tarya berada di Indonesia. Implikasi metode untuk mewujudkan tulisan ini adalah pendekatan analisis situasional yang mencermati komunikasi antara Enoch dan Tarya yang membicarakan masalah KORI. Hasilnya pada waktu itu adalah KORI marger dengan ASTI Yogyakarta dan sekarang KORI mampu bertahan dan berganti nama menjadi ISBI Bandung.Kata Kunci: ASTI Yogyakarta Jurusan Sunda, Enoch Atmadibrata, Muchamad Tarya, KORI. ABSTRACTTHE STRUGGLE OF ENOCH ATMADIBRATA AND MUCHAMAD TARYA FROM KORI TO ASTI YOGYAKARTA, SUNDA DEPARTMENT, June 2022. During the journey in 1969, KORI began to face various problems and obstacles, such as the getaway of leaders who studied abroad (Enoch Atmadibrata to America and Drs. Yus Rusyana studied in the Netherlands). Thenceforward, KORI has not received financial assistance again from the Bandung municipal government, did not get a room for college, and was expelled from Gedung Merdeka through armed forces violence. However, the communication between Enoch Atmadibrata and Muchamad Tarya has always been intense to resolve KORI's problems. This paper tried to tell the struggle of Enoch and Tarya in determining the KORI problem through communication between them, even though they have been separated by long distances, where Enoch is in America, and Tarya is in Indonesia. The method for realizing this paper is a situational analysis approach that examined the communication between Enoch and Tarya, who discussed the KORI problem. The result at that time was that KORI merged with ASTI Yogyakarta and KORI was able to survive and change its name to ISBI Bandung in the present.Keywords: ASTI Yogyakarta Jurusan Sunda, Enoch Atmadibrata, Muchamad Tarya, KORI.
KEPUNAHAN TARI BADAYA DI KABUPATEN PRIANGAN: KABUPATEN BANDUNG, SUMEDANG, dan CIAMIS (1860-1950) Kustiana Kustiana; Een Herdiani; Heri Herdini
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2069

Abstract

ABSTRAKTari Badaya merupakan tarian klasik yang hidup di Kabupaten-kabupaten Priangan, akan tetapi dalam perkembangannya tarian tersebut mengalami kepunahan setelah masa kemerdekaan. Sejalan dengan hal tersebut maka, penelitian ini menggunakan teori gerak sejarah dari Oswalt Spengler yang menyebutkan bahwa setiap kebudayaan layaknya siklus mahluk hidup yakni, lahir, berkembang, masa puncak, kemudian mati. Metode yang digunakan ialah metode sejarah yakni heuristik, kritik, interpretasi, serta historiografi. Badaya ditemukan di Kabupaten Bandung, Sumedang (1866), serta Ciamis (1930), dalam pekembangannya tari badaya pernah hidup di tiap kabupaten, yang berfungsi sebagai tarian penyambutan tamu, serta perangkat status sosial menak Sunda pada masa itu. Tari Badaya mulai punah seiring dengan pemindahan tampuk kekuasaan dari bupati ke bupati selanjutnya, kemudian pemindahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, higga masa kemerdekaan membuat fungsi kabupaten tidak lagi menjadi pusat kebudayaan. Selain itu muncul tarian baru yang menggeser keberadaan Tari Badaya yang akhirnya punah sekitar tahun 1950-an.Kata Kunci: Tari Badaya, Sejarah, Kepunahan.ABSTRACT THE EXTINCTION OF THE BADAYA DANCE IN PRIANGAN REGENCY: BANDUNG, SUMEDANG, and CIAMIS DISTRICT (1860-1950), June 2022. Badaya dance is a classical dance that lives in Priangan regencies, but in its development the dance experienced extinction after the independence period. In line with this, this study uses the theory of historical motion from Oswalt Spengler which states that every culture is like a cycle of living things, namely, birth, development, peak period, then death. The method used is the historical method, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Badaya was found in the districts of Bandung, Sumedang (1866), and Ciamis (1930), in its development the Badaya dance had lived in each district, which functioned as a dance to welcome guests, as well as a tool for Sundanese social status at that time. Badaya dance began to become extinct along with the transfer of power from the regent to the next regent, then the transfer of Dutch power to Japan, Until the independence period, the function of the district was no longer a cultural center. In addition, a new dance emerged that replaced the existence of the Badaya Dance which eventually became extinct around the 1950. Keywords: Badaya Dance, History, Extinction.  
“HYANG HURIP” MODEL GARAP PENCIPTAAN TARI TRADISI Guntara Guntara; Dindin Rasidin
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2070

Abstract

ABSTRAKKarya tari ini dibuat berdasarkan Buku Ramayana yang didalamnya terkandung cerita tentang Hanoman, secara wujud Hanoman adalah kera, tetapi mempunyai sifat kemanusiaan. Tokoh Hanoman ini menjadi inspirasi untuk dijadikan model garap karya tari (baru) yang berorientasi pada kekuatan sumber tradisi, ditarikan oleh 7 (tujuh) penari putra, ditambah dengan para pemain musik masuk area pertunjukan untuk bergerak. Dibuat menjadi 3 (tiga) pengdegan bertipe dramatik, dengan tujuan membuat karya baru dengan menggunakan penari laki-laki bersumber dari cerita wayang. Teori yang digunakan terkait dengan 4 (empat) unsur gerak tari yaitu: desain, dinamika, irama dan motivasi. Metode penggarapan tari ini menggunakan metode Eksplorasi, Evaluasi dan Komposisi. Diusung oleh kekuatan musik tari, tata rias busana, setting, lighting dan videografi, serta menggunakan area pertunjukan outdoor, disajikan dalam bentuk virtual.Kata Kunci: Hanoman, Dramatik, Outdoor, Virtual. ABSTRACT“HYANG HURIP” MODEL WORKING FOR THE CREATION OF TRADITION DANCE, June 2022. This dance work is based on the Ramayana Book which contains a story about Hanoman, in his form Hanoman is an ape, but has a human nature. This Hanoman figure became the inspiration to be used as a model for working on a (new) dance work oriented to the strength of the source of tradition, danced by 7 (seven) male dancers, plus music players entering the performance area to move. Made into 3 (three) pengdegan. dramatic type, with the aim of creating new works using male dancers based on wayang stories. The theory used is related to 4 (four) elements of dance movement, namely: design, dynamics, rhythm and motivation. This dance cultivation method uses the method of Exploration, Evaluation and Composition. It is carried by the power of dance music, fashion make-up, setting, lighting and videography, as well as using an outdoor performance area, presented in a virtual form.Keywords: Hanoman, Dramatik, Outdoor, Virtual. 
REPRESENTASI NILAI ESTETIKA TARI DANGIANG WULUNG SEBAGAI BENTUK TARI RAKYAT DI SELAAWI Meiga Fristya Laras Sakti
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2071

Abstract

ABSTRAKTari Dangiang Wulung merupakan tarian yang bersumber pada kehidupan masyarakat Selaawi. Keunikan pola kehidupan masyarakat Selaawi yang memiliki daya kreatif memanfaatkan sumberdaya alam berupa bambu yang dijadikan sumber penghasilan mereka. Pada tarian ini juga memiliki keunikan yang berbeda dengan tarian rakyat lainnya, terlihat dari penggunaan bambu pada properti tari dan alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi tariannya. Untuk menggali konsep estetika, menggunakan teori Estetika Instrumental dari A. A. M. Djelantik yang mengupas tiga aspek, yaitu; Wujud (appearance), Bobot atau isi (content, substance), dan penampilan atau penyajian (presentation). Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah metode deskriptif analisis.  Adapun hasil yang didapatkan pada karya tari ini berbentuk genre tari rakyat yang mampu menciptakan sebuah karya seni tari dengan ciri identitas Selaawi.Kata Kunci: Dangiang Wulung, Selaawi, dan Tari Rakyat. ABSTRACTREPRESENTATION OF THE AESTHETIC VALUE OF DANGIANG WULUNG DANCE AS A FORM OF PEOPLE DANCE IN SELAAWI, June 2022. Dangiang Wulung dance is a dance that originates from the life of the Selaawi community. The uniqueness of the life pattern of the Selaawi people who have creative power is to utilize natural resources in the form of bamboo which is used as their source of income. This dance also has a uniqueness that is different from other folk dances, as can be seen from the use of bamboo in the dance properties and the musical instruments used to accompany the dance. To explore the concept of aesthetics, using the theory of Instrumental Aesthetics from A. A. M. Djelantik which explores three aspects, namely; Appearance, weight or content, and appearance or presentation. The method used in this paper is a descriptive analysis method. The results obtained in this dance work are in the form of a folk dance genre that is able to create a dance art with the characteristics of the Selaawi identity.Keywords: Dangiang Wulung, Selaawi, and Folk Dance. 
CARA MENCARI DAYA: METODE LITERASI TUBUH WAJIWA DALAM TARI KONTEMPORER ANAK-ANAK Alfiyanto Alfiyanto
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2066

Abstract

ABSTRAKProses kreativitas membutuhkan sebuah strategi dalam mewujudkan keinginan-keinginan kreator sebagai koreografer, baik strategi dalam bentuk formal maupun material, ide gagasan, metode, dan mewujudkan media artistik lainnya. Karya tari ini melibatkan penari anak-anak (usia 6-13 tahun) untuk proses kreativitas tari kontemporer. Merealisasikan proses penciptaan karya tari dengan judul “SARAH” dilakukan sebuah penelitian artistik, practice-based research (penelitian berbasis praktik) seta menjadikan metode pelatihan Literasi Tubuh Wajiwa sebagai instrumen untuk menggiring anak-anak Kampung Ciganitri keranah kreativitas tari kontemporer. Metode Literasi Tubuh Wajiwa merupakan perangkat khusus untuk mengiring tubuh anak-anak menjadi simbol ketubuhan yang dapat melahirkan narasi-narasi sebagai bahasa ungkap dalam karya tari. Metode khusus ini meliputi proses menggali kecerdasan atau kepekaan raga, rasa, pikir, dan imajinasi anak. Kepekaan tersebut menjadi faktor penting dalam tari kontemporer karena seorang penari tidak hanya sekedar menggerakkan tubuh tetapi merupakan tubuh yang bergerak menghadirkan simbol, daya ungkap, sehingga tubuh penari anak-anak tersebut mewujud, melahirkan teks atau narasi-narasi yang menjadikan tubuh sebagai sarana ungkap. “Sarah“ mengangkat tentang kegelisahan, kesedihan, kegembiraan, dan semangat hidup anak-anak Kampung Ciganitri. Melalui proses kreatif koreografi “Sarah” ini mencoba untuk mefasilitasi emosi, ekpsresi, dan aktualisasi diri masyarakat Ciganitri sebagai penduduk asli terutama anak-anak, dengan harapan munculnya motifasi baru yang dapat menjadi energi baru bagi mereka untuk menatap lebih jauh kedepan. Melalui proses panjang kreativitas ini diharapkan dapat menjadi sebuah tawaran baru bagi masyarakat Kampung Ciganitri sendiri, serta metode pelatihan dan penciptaan karya seni ini dapat menjadi inspirasi bagi insan seni lainnya.     Kata Kunci: Literasi Tubuh, Kreativitas Tari, Tari Kontemporer Anak. ABSTRACTHOW TO SEARCH FOR POWER: THE PERSONAL BODY LITERATURE METHODIN CHILDREN'S CONTEMPORARY DANCE, June 2022. The creative process requires a strategy to realize the creator's desires as choreographers, both in formal and material forms, ideas, methods, and realizing other artistic media. This dance work involves child dancers (aged 6-13 years) for the creative process of contemporary dance. This dance work involves child dancers (aged 6-13 years) for the creative process of contemporary dance. Realizing the process of creating a dance work with the title "SARAH", an artistic research, practice-based research was carried out and made the Wajiwa Body Literacy training method as an instrument to lead the children of Kampung Ciganitri into the realm of contemporary dance creativity. The Wajiwa Body Literacy Method is a special tool to accompany children's  bodies into bodily symbols  that  can give birth to narratives as the language of expression in dance works. This special method includes the process of exploring the intelligence or sensitivity of the child's body, taste, thought, and imagination. This sensitivity is an important factor in contemporary dance because a dancer does not just move the body but is a moving body that presents symbols, expressive power, so that the body of the child dancer manifests, giving birth to texts or narratives that use the body as a means of expression. "Sarah" raised about the anxiety, sadness, joy, and life spirit of the children of Ciganitri Village. Through the creative process of “Sarah” choreography, she tries to facilitate the emotions, expressions, and self-actualization of the Ciganitri community as indigenous people, especially children, with the hope that new motivations will emerge that can become new energy for them to look further ahead. Through a long process of creativity, it is hoped that this can become a new offer for the people of Kampung Ciganitri itself, and this method of training and creating works of art can be an inspiration for other art people.Keywords: Body Literacy, Dance Creativity, Children's Contemporary Dance.

Page 1 of 1 | Total Record : 9